Diskusi Kelas Bangun Kebanggaan terhadap Nusantara

Kompleks Candi Muara Takus di Riau.
Sumber: https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/28/130000479/4-candi-peninggalan-kerajaan-sriwijaya?page=all

Kamis, 21 September 2023, saya kembali masuk ke kelas X Animasi 4 pada mata pelajaran dasar-dasar animasi. Kali ini ada satu point penting yang akan saya bangun pada diri anak didik yaitu memiliki kebanggaan terhadap budaya nusantara. Kali ini saya menyampaikan beberapa pertanyaan untuk pemantik siswa agar berliterasi terlebih dahulu. Pertanyaan pertama, tuliskan satu kata yang terkait dengan Tibet. Siswa diberikan link Padlet dan menjawab melalui link tersebut. Dari pertanyaan yang paling sederhana ini, semua siswa menjawab dan tidak diperkenankan untuk memberikan jawaban yang sama. Beragam jawaban mereka, bahkan ada yang menjawab satu kata yang ditambah dengan gambar. Naura menuliskan satu kata yaitu Tenzin Gyatso. Akyla menuliskan kata “Atap dunia” yang berhubungan dengan Tibet dan mencantumkan sebuah foto pemandangan di Tibet.

Pertanyaan selanjutnya adalah saya meminta menuliskan kalimat yang berkaitan dengan Tibet. Caya menuliskan sebagai berikut. Tibet, sebagaimana yang tercatat, adalah difokuskan secara khusus pada sejarah Buddhisme di Tibet. Hal ini sebagiannya dikarenakan agama ini telah memainkan peranan sangat penting dalam pengembangan budaya Tibet dan Mongol. Bagian lainnya dikarenakan hampir semua sejarawan asli negara itu berasal dari kalangan biksu.

“Tibet terletak antara India dan Tiongkok, sebelah utara Pegunungan Himalaya. Tibet telah dihuni sejak 20.000-an SM. Sekitar 10.000 SM banyak orang dari Tiongkok utara yang pindah ke Tibet dan mendesak penduduk pribumi. Ini mungkin berkaitan dengan keruntuhan Dinasti Shang sekitar masa ini. Bahasa Tibet merupakan bagian dari rumpun bahasa Himalaya, mungkin terkait dengan bahasa Tionghoa. Sebagian besar orang Tibet adalah peternak sapi dan domba, dan pada 100 SM banyak pula petani beras dan jelai. Seperti orang Asia Tengah lainnya, orang Tibet mengenakan kulit dan bulu, serta menunggangi kuda”, ungkap Bayu dalam tulisannya.

“Tibet adalah dataran tinggi yang memiliki pegunungan, danau dan lembah. Tibet memiliki sejarah dan budaya yang kaya termasuk agama Buddha Tibet (Buddhisme Tibet). Pada tahun 1950 Tiongkok mengklaim kedaulatan atas Tibet yang memicu protes internasional dan pengasingan Dalai lama, pemimpin rohani Tibet ke India. Budaya Tibet memiliki pengaruh yang kuat dalam seni, musik, dan arsitektur. Kebanyakan masyarakat Tibet bergantung pada peternakan, pertanian dan pariwisata. Walaupun memiliki banyak hal positif, di katakan bahwa di Tibet banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia termasuk pembatasan kebebasan beragama dan ekspresi. Damai Lama, seorang tokoh pemimpin spiritual tertinggi dalam aliran budhisme Tibet. Damai Lama yang paling terkenal adalah Damai Lama ke 14 yang bernama Tenzin Gyatso, dia telah menjadi pendukung perdamaian, hak asasi manusia, dan dialog antar agama. Damai Lama ke 14 juga menyatakan bahwa ia mungkin menjadi Damai Lama terakhir atau ia memutuskan untuk reinkarnasi di luar Tibet untuk melindungi budaya dan agama Tibet dari pengaruh Tiongkok”, ungkap Ihsan.

Pertanyaan berikutnya terkait dengan Sriwijaya. Tuliskan dengan kalimat tentang Sriwijaya. Jawaban siswa juga bervariatif.

“Sriwijaya adalah kerajaan di Sumatra yang merupakan bagian dari Indonesia modern. Kerajaan ini di dirikan pada abad ke 7 masehi. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan penting di Asia Tenggara. Di dalamnya banyak candi-candi Budha yang indah seperti Muara Takus. Walaupun pernah menjadi kerajaan yang kuat, Sriwijaya mengalami kemunduran pada abay ke 14 dan terpecah menjadi beberapa bagian. Penyebabnya adalah serangan dan persaingan dengan kerajaan lain”, ungkap Ihsan.

“Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia. Kala itu Sriwijaya berkuasa mengendalikan jalur perdagangan utama di Selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha. Konon nama Sriwijaya yang diambil dari bahasa Sanskerta memiliki arti ‘Sri’ yang artinya cahaya atau bercahaya dan ‘Wijaya’ yang berarti kemenangan atau kejayaan. Dengan demikian, arti nama Sriwijaya adalah kemenangan yang gemilang”, ungkap Caya. Masih banyak jawaban siswa terkait dengan pertanyaan tersebut. Selengkapnya dapat dilihat pada link :Klik link

Berlanjut pada pertanyaan berikutnya, bagaimana hubungan antara Sriwijaya dan Tibet.  Banyak jawaban dari siswa setelah berselancar di dunia maya. “Hubungan Antara Sriwijaya dan Tibet Atas dasar kepentingan politik dan ekonomi, Sriwijaya menjalin hubungan dengan Dinasti Tang di China dengan cara saling mengirimkan utusan dan upeti. Hal tersebut merupakan langkah strategis yang tepat, dan sangat menguntungkan bagi Sriwijaya maupun Dinasti Tang”, ungkap Caya. “Atisha Dipankara merupakan seorang guru buddha yang sangat berpengaruh dalam filsafat Buddhis dan juga spiritual. Sebelum ke Tibet, beliau belajar selama 11 tahun di Sriwijaya dibawah bimbingan Dharmakirti yang merupakan Mahaguru Budha dari Sriwijaya”, ungkap Nasrullah.

“Dharmakirti atau Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadwipa Dharmakirti adalah seorang mahaguru buddha dari Sriwijaya yang masih termasuk dalam silsilah Dinasti syailendra. Dia juga dikenal sebagai guru besar Buddhis di Sumatra pada abad ke-10. Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari Atisha, seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet.Atisha lahir sekitar 980 M sebagai seorang pangeran di Bengali Timur. Dia mempelajari semua jenis kitab suci, baik kitab suci aliran Mahayana maupun Hinayana, di bawah bimbingan Guru Besar bernama Rahula. Setelah menjadi seorang Guru Besar, dia masih ragu akan jalan terbaik mana yang dapat membawanya dengan cepat menuju Pencerahan Agung. Hingga akhirnya, ketika dia berpradaksina di Bodh Gaya, ia tersadarkan dari keraguannya. Dia menyadari bahwa Bodhicitta adalah jalan terbaik yang selama ini dia cari”, tulis Naura.

“Pada masa pemerintahan Cudamaniwarman ada seorang pendeta tertinggi Swarnadwipa (Sriwijaya) yang bernama Dharmakirti dan tergolong ahli pada masa itu, dalam hal menyusun kritik tentang Abhisamayalandara yaitu sebuah kitab ajaran agama Budha. Kemudian tahun 1011 sampai 1023 M, ada seorangbiksu dari Tibet bernama Atisa datang ke Suwarnadwipa ( Sriwijaya) untukbelajar agama pada Dharmakirti. Hubungan luar negri kerajaan Sriwijaya jauh lebih aktif daripada kerajaan- kerajaan lainnya yang ada di Indonesia. Tidak hanya di India saja Sriwijaya menaruh minat pada bangunan agamanya seperti pembangunan sebuah biara di Nalanda, tetapi juga sampai ke Cina. Hal ini di buktikan pada awal Abad XI, Maharaja Sriwijaya memperbaiki sebuah kuil Taoist di Kanton”, tulis Akmal.

Usai siswa memberikan penjelasan tentang gambaran tibet, gambaran Sriwijaya dan hubungan antara Sriwijaya dan Tibet yang mereka perolah dari dunia maya, selanjutnya saya memberikan sedikit cerita terkait perjalanan seorang Arsitektur Indonesia yang telah berkeliling dunia untuk mempelajari tentang arsitektur berbagai negara hingga sampai ke Tibet. Karena kekagumannya terhadap budaya dan arsitektur di Tibet, Yori menuliskan sebuah buku berjudul “Tibet Di Otak”.

Dalam kata pengantarnya, Yori berkirim surat ke Dalai Lama. “Yang Mulia Dalai Lama, kami baru saja mengunjungi negeri Anda. Negeri Anda, negeri yang sangat indah dan sangat luar biasa, namun tidak banyak orang Indonesia yang mengenal negeri Anda. Negeri Anda seperti negeri legenda atau negeri dongeng. Kami ingin menceritakan negeri Anda dari kaca mata kami, kacamata Indonesia”.  Ketika mendapatkan surat balasan, justru Yori sangat malu sekali atas surat balasannya. “Walaupun tidak banyak orang Indonesia yang mengenal negeri kami, tapi dari dahulu sampai sekarang kami selalu mengenang negeri anda, melalui guru besar kami yang mendirikan negeri kami, yang berasal dari India yang bernama Atisa Dipangkara. Atisa sebelum mendirikan negeri Tibet, telah berguru kepada seorang Lama bernama Lama Serlingpa (Swarna Dwipa) yaitu Dharma Kirti”, sekilas balasan dari Dalai Lama, tokoh pemimpin Agama Buddha yang terkenal di dunia. Dari uraian ini, saya justru memberikan gambaran bahwa nusantara di jaman dulu menjadi inspirasi dunia. Namun bagaimana dengan kondisi saat ini?

Jika kita lihat jawaban-jawaban siswa terkait dengan apa itu Tibet, apa itu Sriwijaya dan bagaiomana hubungan keduanya, jelas sekali mudah diperoleh dari berbagai sumber melalui dunia maya. Begitu mudahnya mereka menjawab hal-hal apa yang terkait dengan Tibet. Bahkan dengan chart gpt sudah sangat beragam jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jika orientasi pembelajaran hanya berfokus pada pengetahuan tentang Tibet, maka jelas jawaban-jawaban siswa hanya tergantikan oleh artificial intelegency.

Dari proses dialog di kelas inilah, saya justru mengitkan bahwa kita sebagai bagian dari Indonesia yang lebih dikenal dengan nusantara sepatutnya memiliki kebanggaan. Saya juga menyampaikan kepada siswa kelas X Animasi 4, bahwa saat ini sudah ada 9 siswa yang sedang masuk pada project pembuatan komik dan animasi dengan tema relief Candi Mendut. Ini sebagai bukti kecintaan kami terhadap peninggalan nusantara. Ketika film sudah jadi semoga menjadi penanda bahwa SMK Negeri 11 Semarang adalah sekolah yang benar-benar membangun siswa untuk bangga dan mencintai budaya leluhur nusantara. Saya juga memberikan pesan Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno, “Kalau jadi hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang islam jangan jadi orang Arab, kalau kristen jangan jadi orang yahudi, tetaplah jadi orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya ini”. Saya menegaskan kembali bahwa kita adalah orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya dan sepatutnya kita melestarikannya.

Dari dialog tersebut justru saya terpantik untuk membawa sang murid untuk berolah pikir dan olah rasa, dengan harapan hasil diskusi tersebut memberikan dampak yang lebih bermakna.  Selanjutnya saya memberikan pertanyaan lanjutan sebagai berikut: “Setelah kalian memahami hubungan antara Tibet dan Sriwijaya dan ternyata Guru Dharma Kirti menjadi inspirasi bagi perkembangan agama Buddha di Tibet bahkan di Jepang. Apa yang kalian rasakan? Sebagai pemuda yang akan menjadi pemilik negeri ini, apa yang kalian pikirkan dan yang akan kalian lakukan?”, tanya saya ke anak-anak melalui link padlet kembali.

“Ya setelah mendengar dan membaca semuanya. Saya merasa bangga sebagai anak Indonesia. Ternyata Indonesia memiliki dampak sebesar itu pada dunia. Banyak hal yang benar-benar membuat saya bangga. Namun sekarang nama Indonesia kalah dengan nama sebuah pulau di Indonesia. Sebagai generasi muda saya merasa sedikit malu. Sebelumnya Indonesia adalah negri yang sangat berdampak pada dunia. Namun sekarang semuanya seperti hilang begitu saja. Saya ingin berusaha membuat negri ini kembali terkenal di seluruh dunia. Saya juga ingin lebih menghargai budaya Indonesia. Bukan hanya meniru budaya luar, namun saya ingin menggunakan budaya Indonesia sebagai sebuah senjata untuk kembali membuat Indonesia terkenal”, ungkap Ihsan.

“Setelah saya mendengar dan membaca beberapa artikel tentang tibet dan sriwijaya sayaa merasa bangga sebagai anak indonesiaa, dengan berbagai agama dan sejarahnya itu membuat kesan tersendiri bagi saya, serta peran Indonesia di dunia juga sangat berguna, saya sebagai generasi seterusnya masih merasa tidak pantas, karena saya belum bisa melakukan apapun untuk negri saya ini. Untuk kedepannya saya akan memajukan Indonesiaa memperkenalkan budaya budaya Indonesia melalui karya lukis atau semacamnya yang bisa membuat dunia tahu bahwa Indonesia tak kalah dari negara negara maju lainnya”, ungkap Akyla.

Itulah cara sederhana yang kami lakukan dengan harapan anak-anak yang berada pada generasi saat ini yang akan menjadi pemilik negeri ini memiliki kebanggaan terhadap nusantara dan timbul motivasi untuk memajukan negeri ini dengan karya-karya yang spektakuler. Usai memberikan motivasi inilah, pelajaran dasar-dasar animasi dilanjutkan. Ada differensiasi produk yang dilakukan dalam pembelajaran. Di kelas ini ada beberapa siswa yang sudah masuk project pembuatan animasi relief candi Mendut, sebagian sudah masuk pembuatan gambar buah secara digital, sebagian ada yang membuat gambar buah menggunakan pensil warna. Keberagaman dalam pembelajaran ini menunjukkan adanya keunikan dari masing-masing siswa. Ada yang cepat, ada yang lambat itu adalah hal biasa, yang terpenting mereka mencintai prosesnya.

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version