Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap nilai- nilai yang dipercaya dan menjadi tanggung jawabnya. Seorang murid yang disiplin berarti patuh terhadap aturan atau pengawasan dan pengendalian. Setiap murid belum tentu memiliki kedisiplinan, bahkan pada dirinya sendiri. Dalam praktiknya disiplin dibutuhkan di setiap aktivitas mulai dari sekolah, masyarakat, pekerjaan, bahkan diri kita sendiri. Dari hal kecil, disiplin harus ditanamkan pada murid. Terkait dengan disiplin memakai seragam, untuk SMK Negeri 11 Semarang, hari Senin dan Selasa memakai seragam OSIS lengkap, hari Rabu dan Kamis siswa yang memiliki batik khas SMK N 11 Semarang boleh dipakai, bagi yang tidak memiliki memakai seragam OSIS lengkap, sedangkan untuk hari Jumat menggunakan seragam Pramuka lengkap. Dari hal kecil yaitu memakai seragam sesuai aturan yang berlaku di SMK N 11 Semarang sudah dapat menjadi indikator bagaimana perilaku disiplin siswa. Disiplin diperlukan pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, dan dilandasi oleh kesadaran dirinya. Untuk proses mendisiplinkan murid tidak mudah, namun bukan berarti sulit untuk dilakukan.
Kami dari tim kesiswaan di bawah koordinasi STP2K melakukan upaya mendisiplinkan murid memakai seragam sesuai aturan diperlukan konsistensi dalam menindaklanjuti bagi yang melanggar. Di setiap upacara bendera, tak henti-hentinya saya mengapresiasi siswa yang sudah berdisiplin memakai seragam lengkap. Apresiasi inilah yang paling penting dilakukan terlebih dahulu, ketika seseorang melakukan hal yang baik dan segera mendapatkan apresiasi, maka akan timbul keinginan untuk mempertahankan hal baik yang sudah dilakukannya. Bagaimana dengan yang melanggar? Kami memiliki strategi lain dalam menangani ini, karena orientasinya bukan pada hukumannya, namun lebih fokus pada pembentukan kesadaran diri. Setiap hari Senin, bagi siswa yang tidak menaati aturan tentang pemakaian seragam, setelah upacara selesai dilaksanakan, maka dibariskan tersendiri. Siswa yang sudah menaati diberi kesempatan untuk kembali ke kelas. Yang melakukan kesalahan tidak sepatutnya untuk menjadi objek tontonan, sehingga mereka harus dipisahkan dengan yang sudah melaksanakan disiplin diri. Selanjutnya mereka diajak melakukan proses dialog, hal-hal apa yang membuat mereka tidak menaati memakai seragam lengkap. Berbagai alasan muncul, ada yang belum punya biaya untuk membeli kelengkapan seragam, ada yang menyatakan lupa dan ketinggalan. Alasan-alasan itu tetap kami terima, dengan harapan mereka pada kesempatan berikutnya dapat memakai seragam dengan lengkap. Yang belum memiliki biaya diberi kesempatan untuk melengkapi sampai satu minggu. Untuk konsekuensi dari perilaku yang tidak disiplin memakai seragam ini, mereka diminta untuk melakukan perbuatan baik yaitu berupa peka lingkungan. Kami bekerjasama dengan koordinator lingkungan dan menyediakan kantong-kantong plastik untuk tempat sampah unorganik dan sampah-sampah lainnya. Dalam kegiatan peka lingkungan ini mereka diberi kesempatan untuk membersihkan lingkungan SMK Negeri 11 Semarang.
Kami secara kontinyu melakukan proses pembiasaan ini. Hari Selasa, 26 September 2023, kami bersama para guru di kelas yang sedang mengajar di jam pertama untuk melakukan proses pengecekan pemakaian seragam lengkap. “Selamat pagi bapak ibu. Mohon bantuannya untuk pengecekan kelengkapan seragam hari Selasa (OSIS, berdasi,sabuk hitam, sepatu hitam, kaos kaki putih, bad). Yang tidak memenuhi kriteria untuk ditulis di group FGD dan diminta berkumpul di lapangan Wirya Khsetra depan animax. Terima kasih”, tulis saya di Group Whatsapp FGD SMK N 11 Semarang. Tidak harus menunggu lama, semua guru mengirimkan data tentang nama-nama siswa yang belum lengkap pemakaian seragam lengkap, dan siswa yang tidak lengkap langsung berkumpul di lapangan Wirya Khsetra. Mereka berkumpul dengan berbaris dan mendapatkan motivasi dan pengarahan. Sambil mengecek semangat mereka, maka saya pun memberikan salam semangat. “Selamat Pagi”, salam saya dengan semangat. Mereka secara serempak menjawab “Pagi, pagi, pagi, luar biasa, tetap semangat”, sahut mereka dengan semangat. Saya menyampaikan bahwa perlunya melakukan branding diri, salah satunya adalah pemantapan performa. Memakai seragam lengkap, merupakan salah satu cara membranding diri. Selanjutnya mereka dibagi-bagi sesuai kelasnya untuk melakukan proses peka lingkungan.
Usaia mereka melakukan kegiatan peka lingkungan, mereka saya kumpulkan untuk berbaris kembali. Tak lupa saya memberikan penghargaan bagi mereka. “Anak-anakku terima kasih, kalian sudah melakukan perbuatan peka lingkungan. Semoga perbuatan baik ini menjadi berkah untuk kalian”, ungkap saya di hadapan mereka. Tidak lupa saya pun memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan refleksi. “Apa yang kalian lakukan, apa yang kalian rasakan dan apa yang akan kalian lakukan selanjutnya, silahkan perwakilan siswa maju dan menjawab tiga pertanyaan tersebut”, tanya saya di hadapan mereka. Salah satu dari mereka menjawab bahwa mereka melakukan kegiatan peka lingkungan yaitu membersihkan lingkungan sekolah. Yang ia rasakan adalah ada rasa malu, karena tidak memakai seragam lengkap. Tindakan selanjutnya adalah memakai seragam lengkap. Inilah yang membedakan dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, yang orientasinya pada hukuman atas kesalahan yang diperbuat. Proses penanganan yang kami lakukan lebih mengedepankan pada pembentukan kesadaran diri. Melalu refleksi terjadi olah pikir dan olah rasa yang membuat mereka mengetahui apa yang sudah dilakukan dan memiliki rencana apa yang akan dilakukan selanjutnya. Sederhana, namun membutuhkan kekonsistenan untuk menangani hal ini. Point pentingnya bukan pada hukumannya, namun bagaimana mereka menyadari dan endingnya mereka melakukan peka lingkungan atas konsekuensi logisnya. Ibarat sebuah timbangan, ketika sisi kiri lebih berat dengan kesalahan, maka sisi kanan harus diberikan dengan perbuatan baik agar menjadi seimbang.