“Manusia berpikiran sempit hanya bisa membicarakan orang lain atau gosip. Manusia berpikiran hebat membicarakan peristiwa. Manusia berpikiran luar biasa membicarakan ide-ide. Kalian yang mana?”, tanya saya kepada siswa-siswa di group, usai melihat status whatsapp dari Coach Pramudianto. Setiap kata-kata dalam tulisan tersebut penuh makna, sehingga saya tergelitik untuk bertanya kepada siswa untuk olah pikir dan olah rasa. Tergelitik untuk bertanya kepada siswa sehingga dapat memetakan dirinya, apakah berpikir sempit, berpikir hebat atau berpikir luar biasa.
Beberapa menit kemudian, Iqbal Ramadhan mencoba memberikan respon. “Saya saat ini sedang sering membicarakan banyak hal seperti peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang untuk memahami kondisi sekitar dan juga sekarang saya suka membicarakan ide-ide yang unik dengan orang lain, juga terkadang saya berpikiran sempit juga”, ungkap Iqbal. “Kalau dipresentasikan, berapa persen dari ketiga jenis tersebut mas?”, tanya saya lebih lanjut untuk mengetahui lebih mendalam dengan harapan Iqbal mampu memetakan dirinya seberapa besar pemikiran luar biasa yang sering dilakukan Iqbal. “Wah itu saya kurang yakin dengan persentase nya. Tapi menurut saya pribadi untuk membicarakan ide dan peristiwa itu seimbang sekitar 45% masing masing dan sisanya untuk berpikiran sempit”, jawab Iqbal. Dari jawaban Iqbal menunjukkan bahwa hanya 10% saja pemikiran sempit Iqbal yang sering dilakukan. Ini berarti bahwa mayoritas Iqbal memiliki pemikiran hebat dan luar biasa.
Jiwa bertanya saya kembali menggelitik untuk mengetahui lebih mendalam. Pertanyaan ini bukan investigasi dan bukan pertanyaan keppo, namun dalam rangka menggali lebih mendalam sehingga tumbuh kesadaran dirinya. “Kalau boleh tahu ide-ide seperti apa yang pernah terbesit dibicarakan?”, kembali saya bertanya. Dengan antusias Iqbal memberikan ulasan. Sekali lagi, dialog ini bukan melalui lisan, namun dialog dalam bahasa tulisan di group kelas sehingga semakin hidup. “Saat itu ide buat live 2D seperti Vtuber pak. Banyak yg menyarankan juga. Terlebih kemarin teman saya itu menyarankan saya untuk live 2D dgn konten dakwah. Saya juga berpikir seperti itu”, ungkap Iqbal. Kembali jiwa Coach bergejolak. Lagi-lagi bukan sebuah nasehat, namun memberikan pertanyaan yang memberdayakan. Memberikan respon balik dengan antusias dan peduli menjadi kunci dari proses coaching ini. “Ide menarik mas”, respon saya sambil memberikan penghargaan pada Iqbal sebagai penguatan. Meskipun melalui tulisan, bentuk kepedulian ini akan dirasakan oleh Iqbal. Terbesit ada sedikit nasehat, “Ide itu akan menjadi nyata ketika direncanakan dan segera di eksekusi”, ungkap saya. Namun kalimat nasehat itu saya lanjutkan dengan pertanyaan pemantik selanjutnya. “Bagaimana perencanaan mas iqbal saat ini?”, tanya saya lebih lanjut. “Saat ini saya sedang membuat karakter saya sih pak”, ungkap Iqbal. Ia menjelaskan progress yang sedang dilakukan terkait pembuatan konten kreator berupa animasi. Ketika kita memposisikan diri kita sebagai coach, maka bukan lagi perintah dan nasehat. Kita biasanya terjebak dengan perintah ke anak, mungkin akan terbesit kalimat perintah segera diselesaikan ya. Namun seorang coach harus mampu memberdayakan agar coachi yang menemukan solusinya dengan dasar kesadaran dirinya. “Kapan rencana ide itu terealisasi dan selesai?”, tanya saya lebih lanjut. Ads perbedaan yang menyolok antara perintah dengan pertanyaan yang berdaya. Dengan perintah akan memposisikan kita lebih power dari coachi, tapi dengan bertanya posisi kita sejajar dengan coachi.
“Waduh itu saya kurang yakin sih pak, karena buat karakter untuk live 2D itu harus memisahkan potongan potongan nya yang membuat lama. Tapu jika bisa secepatnya. Tapi jika fokus seharusnya 1 minggu jadi”, jawab Iqbal. Jawaban Iqbal merupakan jawaban dari kesadaran diri.
Yosepta widiyaka siswa kelas X yang saat ini menekuni pembuatan gambar ilustrasi di Threadless.com, painting dan membuat animasi mampu memetakan dirinya bahwa 50% berpikiran sempit dan 50% berpikiran luar biasa. “Saya sering mengamati orang orang dan membicarakan nya ke orang pilihanku, tetapi saya saat mengamati atau membicarakan seseorang saya terpikirkan ide-ide luar biasa bagi saya. Contoh ide yang sudah saya buat itu Crying Devil dan Buku Hantu yang berhasil saya buat dan di abadikan di Instagram saya”, ungkap Yosepta menjelaskan pemikiran yang sering dilakukannya. Muhammad Alfian menyampaikan, “Jika ditanya posisinya saya lebih deket yang ditengah karena ketika sedang berbincang teman atau orang lain saya lebih menceritakan pengalaman dan peristiwa ketimbang ide-ide namun kadang saya lebih suka memikirkan ide kepada diri sendiri jika dipresentasikan persentasenya sekiranya 20% berpikiran sempit, 25% berpikiran luar biasa, dan 55% membicarakan peristiwa. Ketika membicarakan ide kepada teman biasanya saya lebih menanyakan saran dan kritik apa yang harus ditambahkan dan dikurangi”.
Dari pendapat yang disampaikan Yosepta saya langsung memberikan respon, “Membicarakan tentang orang lain dan muncul ide itu bukan gosip. Tapi termasuk yg ketiga, berpikir luar biasa”, ungkap saya untuk meluruskan. ” Woow….Jadi saya cenderung ke berpikir luar biasa”, respon Yosepta selanjutnya. “Itu namanya berliterasi, sehingga muncul ide-ide cemerlang. Literasi bukan sekedar membaca buku, namun melihat kejadian atau peristiwa dan berpikir menemukan solusi dengan ide ide”, ungkap saya untuk menambahkan apa yang menjadi diskusi di group. Dari diskusi tersebut nampak sekali bahwa siswa-siswa tersebut memiliki pemikiran hebat dan luar biasa. Bahkan mereka cenderung memikirkan peristiwa untuk memicu ide-ide cemerlang. Bahkan mereka memiliki perencanaan untuk melangkah selanjutnya. “Saya akan merealisasikan karya tanpa berpikir panjang, walaupun sebelumnya saya bilang saya lebih suka menyimak dan bergerak, tapi saya masih berpikir terlalu panjang untuk bergerak, jadi saya akan mengurangi berpikir dan langsung bergerak”, ungkap Moreno.
Sederhana apa yang saya lakukan. Olahrasa dan olah pikir melalui group whatsapp tentang bagaimana berpikir merupakan salah satu cara memicu metakognitif siswa. Semoga menginspirasi.
Sangat menginspirasi pak, terima kasih