“Berdisiplin Tanpa Paksaan, Berprestasi Tanpa Tekanan dan Berempati tanpa diminta”, itulah kata-kata yang selalu saya ingat dari Founder dan Co Founder GSM, Bapak Muhammad Nur Rizal dan Ibu Novi pada saat mengisi materi GSM di SMK Negeri 11 Semarang di tahun 2019. Salah satu ciri sekolah yang sudah membangun ekosistem yang menyenangkan dengan memanusiakan manusia adalah siswa-siswanya memiliki jiwa empati. Empati yang dilakukan tersebut bukan karena hadiah ataupun lainnya, namun empati karena atas kesadaran diri siswa itu sendiri. Ketika siswa mampu merefleksikan dirinya dan apa yang dilakukan sebagai perjalanan spiritual sehingga hidupnya lebih bermakna, bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya, maka sekolah yang mengarah pada well being sudah terwujud. Butuh lama memang untuk melihat siswa yang mampu merealisasikan berempati tanpa diminta.
Kemarin Jumat, 29 Juli 2022, saat saya di ruang inkubasi, tiba-tiba datang siswa kelas XI Animasi yang bernama Nanda Kuvara. “Pak Bolehkah, nanti siang setelah Jumatan, kami memberi mentoring kepada adik-adik kelas tentang modeling 3D”, tanya Nanda dengan penuh harap. Speechless dan mlongo, saya tidak bisa langsung menjawab saat itu. Ini yang saya nanti-nanti sejak 3 tahun yang lalu saya terus menerapkan dan merealisasikan value GSM dalam proses mendidik di SMK N 11 Semarang. “Berempati tanpa diminta”, kata-kata ini yang selalu terngiang, kapan saya akan menemukan anak didik yang mampu merealisasikan ini. “Ya, mas. Sangat boleh. Ajak adik-adik kelasmu untuk belajar bersamamu. Saya bangga padamu. Terima kasih sekali”, jawab saya setelah beberapa saat hanya terdiam.
Pukul 13.00 WIB, tidak hanya Nanda yang datang, ternyata ada Reynaldi yang sejak kelas X sudah mengikuti magang di Pickolab dan beberapa temannya kelas XI serta Delvito yang sejak hari Selasa menjadi mentor bagi teman-temannya serta beberapa siswa kelas X yang akan belajar modeling 3D. Hati ini semakin bahagia, ternyata Nanda mampu menggerakkan yang lainnya untuk memaknai hidupnya akan jauh lebih bermakna ketika bermanfaat untuk orang lain.
Pada saat itu saya akhirnya membuka kegiatan mentoring dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada siswa kelas XI Animasi yang bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dengan adik-adiknya melalui kegiatan mentoring. Saya juga berpesan kepada siswa kelas X yang menjadi peserta kegiatan mentoring, “Di pundak kalian, saya berikan tanggungjawab untuk melanjutkan kegiatan mentoring ini kepada teman-temanmu”. Sampai pukul 16.00 WIB, siswa-siswa tersebut mengikuti kegiatan mentoring. Ada keakraban di antara mereka, meskipun mereka baru saling mengenal.
Dari kegiatan ini akhirnya foto kegiatan saya share di group orang tua, sembari menuliskan “Asah, asih, asuh, itulah yang menjadi value yang dijunjung tinggi di jurusan Animasi. Kakak kelas dengan kesadaran diri bersedia meluangkan waktunya untuk mengajari adik-adik kelasnya. Empati terus ditumbuhkembangkan dengan pupuk yaitu cinta kasih”. Seketika respon dari orang tua Sasya Avisa Maulana menuliskan ungkapan terima kasih. “Terima kasih untuk semua yang sudah terlibat membimbing anak-anak, semoga berkah untuk semua dan sukses”. Semoga “Empati tanpa diminta”, menjadi value yang terus menyebar pada anak-anak didik kita. Salam GSM, Berubah, Berbagi, Berkolaborasi.
Thank you pelajarannya sangat bermanfaat