Membangun dialog dengan pengurus OSIS Prayatna Maitri SMK Negeri 11 Semarang menjadi komitmen saya untuk saya lakukan secara terus menerus. Dalam membangun dialog tidak harus bertemu tatap muka, karena perkembangan teknologi saat ini memberika peluang lebih mudah untuk berdialog meskipun melalui media sosial seperti di group whatsapp. Jika pembaca merasakan mengapa group whatsapp sepi, mungkin karena tidak ada ruang-ruang dialog yang dibangun. Saya berusaha membangun budaya dialektika tersebut dengan pengurus OSIS Prayatna Maitri dengan tujuan agar muncul komunikasi dua arah. Hal-hal yang sekiranya perlu ditingkatkan kinerjanya, saya tidak semata-mata memberikan nasehat ataupun perintah. Coaching menjadi unsur penting untuk membangun budaya dialektika tersebut.
Video Unggahan OSIS Diptya Aji Paramita SMA N 11 Yogyakarta (Sumber: https://www.instagram.com/reel/C2Q-eoev7Vx/?igsh=cTB5ZmszcHprOW9l)
Beberapa hari yang lalu saya melihat video yang menarik dari unggahan oleh pengurus OSIS Diptya Aji Paramita SMA Negeri 11 Yogyakarta yang memberikan penjelasan tentang bank sampah. Dalam video tersebut pengurus OSIS mengunggah video bagaimana prosedur membuang sampah gelas dan botol plastik di tempat pengumpulan sampah atau bank sampah. Video yang menarik ini menjadi bahan untuk untuk pantikan kepada pengurus OSIS Prayatna Maitri SMK Negeri 11 Semarang. Kamis, 25 Januari 2024, saya mengirimkan video tersebut di group whatsapp. Pertanyaan singkat saya sampaikan dan bukan lagi perintah ataupun nasehat. Saya menyampaikan pertanyaan “Dari video ini, apa yang bisa dibuat oleh OSIS Prayatna maitri?”, tanya saya ke group OSIS Prayatna Maitri.
“Berdasarkan video edukasi mengenai membuang sampah dengan bijak, hal-hal yang dapat kami lakukan ialah melakukan aksi nyata membuang sampah dengan bijak dan rencananya akan membuat video simulasi mengenai cara membuang sampah dengan benar yang nantinya akan dipublikasikan melalui social media osis dengan tujuan melakukan penyuluhan edukasi cara membuang sampah dengan bijak dengan dipublish di media nantinya supaya jangkauannya yang melihat bukan hanya warga sekolah untuk melihat video edukasi yang nantinya akan kami buat, meninggat bak sampah-sampah di tiap-tiap tempat di sekolah juga telah disediakan. Untuk pembuatan video tersebut saya segera komunikasikan dengan anggota osis lainnya”, ungkap Savira selaku wakil ketua OSIS Prayatna Maitri Angkatan 33.
Dari pertanyaan pantikan tersebut munculah sebuah gagasan yang luar biasa yang akan dilakukan oleh pengurus OSIS. Apa yang terjadi ketika video tersebut dikirimkan ke group dan saya langsung memberikan perintah kepada pengurus OSIS untuk meniru ataupun membuat program yang serupa? Perintah belum tentu akan mendapatkan perhatian dari pengurus OSIS, karena gagasan tidak muncul dari pengurus OSIS. Dengan cara memberikan pantikan berupa video dan pertanyaan justru memunculkan gagasan dari pengurus OSIS. Inilah cara yang sederhana untuk membangun gagasan-gagasan melalui diaolog. “Kapan akan take videonya?”, tanya saya lebih lanjut. “Segera mungkin pak, kami akan konfirmasi lebih lanjut lagi ketika sudah mempersiapkan seperti hal-hal yang dibutuhkan nantinya saat take”, jawab Savira.
Sederhana apa yang saya lakukan. Saya berusaha meminimalisasi proses perintah, menasehati atau melarang dan diganti dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang power full. Inilah prinsip coaching yang sering digunakan dalam budaya dialektika yang kami bangun di pengurus OSIS. Hal sederhana, namun berdampak pada kesadaran diri pengurus. Semoga menginspirasi.