“Selamat siang Pak. Menginfokan, lineart Nafisa dianggap bagus. Nanti akan diforward dulu ke editor Jakarta, akan dipush/dilatih lagi. Nanti kalau memenuhi syarat, bisa langsung diberi chapter, tetapi ini tergantung lagi keputusan dari publisher di Korea Pak. Mohon maklum, prosesnya lumayan susah dan ribet ini”. Pesan yang disampaikan oleh seorang karyawan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan komik, yang saat ini masih sambil melatih dua siswa untuk disiapkan dalam project.
Nafisa Aliya siswa kelas X Animasi SMK N 11 Semarang yang saat ini sedang mengikuti magang di PIKARA studio dan Sandrina siswa kelas X Animasi SMK Muhammadiyah 1 Semarang merupakan siswa yang memiliki talenta sama di bidang menggambar secara digital. Keduanya berteman secara online karena masuk dalam group yang sama dalam rangka mendapatkan challenge-challenge untuk disiapkan mengikuti project dari salah satu industri kreatif di Jakarta yang bekerjasama dengan perusahaan di Korea.
Sebuah kebanggaan dapat mendapatkan challenge tersebut, karena challenge riil ini tergolong berat. Mereka harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh industri kreatif berkelas dunia. Project riil dari industri merupakan salah satu pilihan yang digunakan dalam pelaksanaan project based learning di SMK Negeri 11 Semarang. Project riil ini belum sepenuhnya diterapkan untuk siswa, passion dari anak-anak dan kecepatan kompetensi siswa berbeda-beda. Menerapkan pembelajaran secara individu inilah yang dipandang paling efektif untuk menuntun kodrat anak didik yang beranekaragam tersebut. Nafisa Aliya yang memiliki passion di bidang gambar 2D secara digital, dengan kemampuan lebih cepat, akan lebih bermakna baginya ketika diberikan challenge yang berbeda pula. Challenge yang berbeda dan lebih menantang bagi Nafisa ini akan lebih bermakna baginya, sehingga seberat apapun dengan standar industri level internasional ia akan jalani dengan senang hati.
Sandrina, siswa kelas X SMK Muhammadiyah 1 Semarang ini bergabung dengan komunitas pembelajaran di SMK Negeri 11 Semarang juga karena inisiatifnya untuk mencallenge dirinya dengan one day one project. Ia memiliki passion dengan kemampuan menggambar yang cepat. Kemampuan berbahasa Inggris yang baik membawa dirinya menjadi lebih percaya diri. Berbekal dari portofolio yang dibuat setiap hari inilah, membuat dirinya juga dilirik oleh industri, sehingga ia bersama Nafisa diberi tantangan riil yang lebih berat.
Memberikan challenge yang bermakna merupakan salah satu cara membentuk ekosistem menyenangkan. Di dalam kegiatan ini, anak didik dilatih untuk mengenali potensi dirinya, dan memanajemen potensi yang dimiliki untuk berkembang hingga mencapai versi terbaiknya masing-masing. Ketika kita masih berorientasi pada materi yang seragam, maka akan sulit mencapai kondisi seperti ini. Kita hanya akan disibukkan dengan cara-cara yang seragam, dengan standar-standar yang sama, sehingga potensi anak yang seharusnya melejit dengan cepat harus menunggu yang lainnya. Masihkah cara-cara lama akan kita terapkan terus? Sudahkah kita memberikan kemerdekaan bagi anak didik kita?