Hari ini, Kamis, 22 Juni 2023 dalam rangka memperingati Dies Natalis SMK Negeri 11 Semarang yang ke-33, Palang Merah Remaja Wira Karuna bekerjasama dengan PMI Kota Semarang menggelar kegiatan donor darah yang dilaksanakan di Gedung A lantai 2. Para petugas PMI sebelum melakukan proses pengambilan darah dari para pendonor, disambut langsung oleh kepala sekolah, Drs. Luluk Wibowo, S.ST., M.T. Sambutan yang hangat penuh candaan membuat suasana di ruang kepala sekolah semakin mencair menambah keakraban antara kepala sekolah dengan petugas PMI. Kegiatan yang sudah rutin dilakukan dan sudah menjadi kegiatan kerjasama saling menguntungkan. Kegiatan ini sebagai ladang untuk melatih peserta didik untuk menanam kebaikan dan bagi PMI akan mendapatkan kantong-kantong darah yang memang dibutuhkan untuk kemanusiaan. Dalam sambutannya, Kepala Sekolah menyampaikan ucapan terima kasih dan menyambut baik kegiatan ini dengan harapan akan terjalin kerjasama secara berkesinambungan.
Bersyukur, meskipun belum banyak mendapatkan kantong darah dari pendonor, namun antusiasme siswa dan guru sudah banyak yang datang ke tempat donor. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata banyak yang ditolak karena alasan kesehatan dan tensi maupun HB yang belum memenuhi.
Bukan masalah banyak kantong darah yang didapatkan, namun yang lebih penting adalah kegiatan ini mengingatkan dan memberikan sebuah pelajaran tentang pentingnya belajar membangun empati. Sampai saat ini belum ada satupun bahan buatan manusia yang dapat menggantikan fungsi darah. Dengan belajar menjadi pendonor darah sebagai wujud untuk belajar membangun empati untuk sesama. Tidak tahu untuk siapa darah tersebut akan digunakan, yang terpenting darah itu digunakan untuk siapa saja yang membutuhkan demi menyelamatkan kehidupan manusia. PMR Wira Karuna SMK Negeri 11 Semarang sebagai wadah bagi anak muda siswa-siswa SMK Negeri 11 Semarang untuk belajar membangun semangat menebar welas asih sesuai dengan makna namanya. Wira memiliki arti semangat dan karuna memiliki arti welas asih.
Ketika saya ikut mendonorkan darah, saya justru mendapatkan pertanyaan dari seorang petugas PMI. Pertanyaannya sederhana, namun jawabannya membutuhkan perenungan yang mendalam. Ketika petugas melihat kartu PMI saya yang tertulis 58 kali, petugas tersebut bertanya, “Apa yang membuat Pak Diyarko mau melakukan donor darah?”, tanya petugas PMI. Saya tidak bisa langsung menjawabnya, di dalam pikiran saya justru bekecamuk pikiran-pikiran untuk apa ya saya melakukan kegiatan donor darah?
Ketika pertanyaan serupa ditanyakan kepada orang lain, apa alasan melakukan kegiatan donor darah? Tentu beragam pula jawabannya. Mungkin ada yang menjawab agar bermanfaat untuk orang lain, mungkin ada yang berharap mendapatkan pahala karena hal itu adalah perbuatan bajik. Semua jawaban tersebut baik. Mayoritas jawaban itu mengarah pada satu jawaban, bahwa melakukan donor darah, berbuat bajik semata-mata ingin mendapatkan sesuatu, entah kebahagiaan maupun pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Namun jika kita kembali bertanya lebih mendalam. Ketika sudah melakukan perbuatan bajik seperti donor darah tersebut dan akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan, lalu apa yang terjadi? Atau jika ditanyakan lebih mendalam lagi, jika pahala itu tidak ada, lalu bagaimana? Pertanyaan ini memang menggelitik dan sebagai bahan untuk renungan pada diri kita sendiri. Ketika kita masih memiliki alasan-alasan hal tersebut, pada dasarnya kita masih terikat pada sesuatu. Terikat untuk mendapatkan sesuatu. Ketika harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan maka kekecewaanlah yang kita dapatkan.
Patut kita renungkan bersama, ketika donor darah memiliki tujuan untuk belajar melepaskan, ada satu pemahaman yang membuat kita lebih lega. Kita berbuat bajik, berbuat baik semata-mata untuk belajar melepaskan dari ikatan-ikatan apapun. Belajar melepas dari ikatan-ikatan mendapatkan pujian, ikatan mendapatkan pahala, ikatan mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. Intinya adalah belajar untuk belajar melepas keterikatan terhadap rasa memiliki aku, yang sejatinya tidak ada aku yang sejati.