Hari Selasa, 10 Mei 2023, SMK Negeri 11 Semarang menyelenggarakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) dengan tema personal branding dengan narasumber dari Mas Yoma, dosen ilmu komunikasi Universitas Semarang. Kegiatan LDK ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang personal branding kepada pengurus OSIS angkatan 33 yang baru terbentuk di dua bulan yang lalu. Jika LDK ini hanya berhenti sampai pada kegiatan ini, maka materi tersebut akan menyublim dan tidak berbekas. Inilah yang sering terjadi pada seminar-seminar maupun pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi dan setelah selesai seminar, materi tersebut hanya sebatas dimengerti, titik. Seminar tersebut hanya sebatas transfer knowledge saja, akhirnya tidak membekas apalagi sampai diimplementasikan.
Beberapa pengalaman dari materi yang sering saya peroleh dari kegiatan yang dilakukan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan sedikit sekali menyublim, bahkan mayoritas materi tersebut membekas dan lebih banyak saya realisasikan. Berdasarkan pengalaman secara riil, mengapa materi tersebut menjadi lebih bermakna dan cenderung diterapkan, tak lain karena adanya kebiasaan melakukan refleksi. Kegiatan refleksi ini tidak pernah dilupakan oleh tim GSM, di setiap kali memberikan materi. Refleksi merupakan bagian dari budaya dialektika dan itulah yang membedakan dengan makhluk lainnya. Melalui refleksi tersebut, sebenarnya kita dituntut untuk melakukan olah pikir, olah rasa dan olah laku. Ketika kita memberikan kesimpulan bahkan sampai memberikan penjelasan dengan kalimat sendiri, kita sedang dilatih untuk melakukan olah pikir. Segala pengetahuan yang diperoleh, dicerna dan dituangkan dengan kalimat yang berbeda, namun masih memiliki konten yang sama. Tidak cukup dengan olah pikir, karena manusia itu memiliki perasaan, sehingga olah rasa perlu dilakukan agar seseorang yang telah mengikuti kegiatan mampu mengemukakan perasaannya, merasakan kebermanfaatannya. Di akhirnya diberikan kesempatan untuk menuangkan rencana selanjutnya atau upaya tindak lanjut dari apa yang dipikirkan dan dirasakan. Usai kegiatan LDK tersebut, para pengurus OSIS ini sengaja saya pantik melakukan refleksi.
“Saya apresiasi kegiatan LDK Hari ini. Silahkan berikan respon, apa yang kalian peroleh dari kegiatan hari ini, apa yang kalian rasakan dan apa yang akan kalian lakukan selanjutnya”, tanya saya di Group pengurus OSIS angkatan 33. Corina merupakan siswa yang memiliki kebiasaan fast respon. “Banyak pak, bagaimana kita membranding diri kita (bukan hanya berpura-pura) menjadi lebih baik di era sekarang itu lebih sulit, karena persaingan makin ketat, jadi kita perlu menemukan bakat, dan skill kita untuk membentuk personal branding yang lebih baik”, ungkap Corina. Tidak berhenti sampai disini, saya kejar dengan pertanyaan lanjutan. “Apa rencana riil dalam membranding diri? Silahkan ditulis langkah langkahnya mbak Corina!”, tanya saya lebih lanjut. “Yang pertama menemukan skill saya pak, saya harus tahu dong apa yang saya minati dan saya bisa, yang kedua percaya diri dan yakin sama skill saya, karena menurut saya orang yang percaya diri punya aura yang lebih bagus pak ! dan jangan lupa attitude juga pak, itu penting dan cara kita menciptakan impression yang baik”, penjelasan Corina secara lebih detail. “Dalam waktu dekat, apa yang akan dipublish di sosial media untuk branding diri mbak Corina?”, tanya saya lebih menohok untuk masuk pada ranah olah laku. “Mungkin berbahasa pak”, jawab Corina. Kepercayaan diri Corina dalam berbicara sudah terlihat baik, kemampuan berbahasa Inggrisnya juga lumayan bagus. Itulah potensi yang dimiliki Corina sehingga untuk membanding dirinya dia lebih memilih membuat konten-konten yang mengandalkan public speakingnya. “Oke. Ditunggu konten pertamamu di sosmed tentang kemampuanmu public speaking”, ungkap saya selanjutnya.
Dari dialog yang saya lakukan dengan Corina, meskipun dengan bahasa tulis melalui group, memberikan dampak yang positif yaitu timbulkan kesadaran diri, terbukti dari ada rencana yang jelas yang akan dilakukan Corina dalam melakukan proses personal branding. Apa yang terjadi ketika usai LDK tersebut tidak dilakukan dialog seperti ini? Dapat dipastikan materi tersebut lambat laun akan menyublim, tidak ada tindak lanjut dari peserta.
Beberapa menit berikutnya Siska memberikan respon terhadap pertanyaan yang saya ajukan. “Yang saya peroleh dari kegiatan LDK tadi adalah saya mengetahui apa itu personal branding. Saya merasa senang dengan kegiatan LDK tadi, karena saya mendapatkan banyak sekali pelajaran tentang personal branding. Untuk selanjutnya, saya akan menggali lebih dalam lagi skill yang saya punya supaya saya tahu personal branding saya sendiri”, ungkap Siska. “Apa rencana dalam waktu dekat ini, untuk membranding diri?”, tanya saya lebih lanjut. “Untuk yang pertama saya akan menggali lebih dalam lagi skill saya. Selanjutnya saya akan mulai mengasah skill yang saya bisa”, jawab Siska. “Skill apa yang akan mbak Siska dibranding?”, tanya saya lebih dalam. “Mungkin skill dalam publik speaking pak”, jawab Siska. “Oke. Ditunggu konten pertamamu tentang public speaking”, ungkap saya lebih lanjut.
“Terimakasih Pak Sebelumnya,Seminar Personal Branding ini sendiri benar-benar saya butuhkan, dengan pembicara dari dosen USM yang luar bisa serta saya sangat kagum dengan beliau, apa yang disampaikan dengan beliau adalah pelajaran yg sangat berharga bagi saya, kedepannya untuk membuat personal branding saya, saya akan terus berusaha memperbaiki karakter saya dan mulai mendalami diri saya itu seperti apa dan menggali lebih dalam lagi passion saya dalam bernyanyi dan berkomunikasi agar menunjang skill penunjang dari Personal Branding itu sendiri”, ungkap Savira.
“Yang saya dapat dari kegiatan seminar kemarin yaitu saya menjadi lebih paham mengetahui personal branding, bagaimana cara mengetahui personal branding yang ada pada diri kita dan mendapat pelajaran baru. Sangat enjoy dan asik sekali dalam penjelasan mas Yoma walaupun ngobrol lama pun tetap asik dan gak garing. Yang akan saya lakukan selanjutnya yaitu mencari tahu tentang personal branding pada diri saya sendiri, lalu mengasah atau mendalami personal branding di diri saya”, ungkap Vina.
Masih banyak siswa lainnya yang memberikan refleksi terhadap kegiatan LDK dengan tema personal branding. Saya merasa bahagia karena dari hari ke hari, secara kuantitas siswa yang memberikan respon mengalami peningkatan. Secara kualitas, respon mereka cenderung lebih dewasa. Inilah cara kami dari tim kesiswaan memberikan kesempatan peserta LDK untuk menyampaikan refleksi, dengan harapan materi tidak menyublim. Materi benar-benar mampu diserap, mampu dirasakan, sehingga ada upaya tindak lanjut. Sebaik-baiknya materi, kalau hanya sebatas menjadi pengetahuan, tanpa adanya perencanaan dan tindakan selanjutnya, maka materi tersebut kurang memberikan manfaat yang lebih.