“Asalamualaikum Bu Erna, selamat siang, Ini Diaz, bu katanya bu Erna mau pindah ya bu? kami sedih banget dengernya bu. Diaz mengucapkan “Selamat bertugas di tempat barunya ya bu, semoga Allah selalu melindungi ibu dimanapun bu Erna berada. Terimakasih atas segala dedikasi dan kasih sayang ibu untuk Diaz dan teman-taman semua, Diaz bangga dan beruntung sekali pernah bertemu dengan ibu Erna, ketika Diaz pertama kali bertemu dengan bu Erna, Diaz sangat menyadari betapa besarnya kelutulusan hati ibu membawa SMP Ibu Kartini untuk terus maju dan berkembang. Karakter ibu adalah karakter seorang pemimpin yang kuat, kerendahan hati ibu itulah yang membuat kami senang di dekatmu dan karena itu saya mengucapkan terima kasih sedalam dan sebesar-besarnya, untuk pengabdian dan dedikasi yang tak kenal lelah terhadap SMP Ibu Kartini tercinta. Meskipun kita akan terpisah ruang dan waktu, dengan penuh harap Diaz dan semua teman-teman berdoa agar semangat dan dedikasi ibu tetap menyala dan berkobar. Selayaknya ibu membangun SMP Ibu Kartini menjadi sekolah yang berkualitas tinggi dan penuh dengan anak-anak yang berprestasi. Bangunlah tempat di mana nantinya ibu Erna ditempatkan. Biarlah semangat luhur ibu Erna akan terus menginspirasi seluruh orang di sekitar ibu. Semoga optimisme terus menjadi bagian dari kehidupan bu Erna, sehingga tak ada satupun yang dapat menghentikan langkah ibu. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dimanapun dan kapanpun ibu Erna berada. Oiyaa, maafkan kesalahan 8a juga yaa bu, jangan lupakan kami semua ya bu, kami bakal kangen bu Erna terus, terimakasih telah menjadi wali kelas 8a ibu”, tulis Diaz salah satu murid kelas 8A melalui whatsapp. Tulisan itu tersebut salah satu dari banyak tulisan murid-murid bu Erna melalui whatsapp maupun melalui tulisan tangan di lembaran kertas yang disampaikan ke bu Erna.
Bu Erna adalah salah satu guru di SMP Ibu Kartini dan belum sampai 2 tahun mengajar di sekolah tersebut ia harus berpindah tugas. Sebelumnya Bu Erna mengajar di SMA Ibu Kartini dan oleh Yayasan dipindahkan ke SMP tersebut. Alhamdullilah, pada tanggal 27 Maret 2024, secara resmi bu Erna mendapatkan tugas baru dari Wali Kota Semarang menjadi guru ASN di SMP N 2 Semarang. Bu Erna adalah sekian dari banyak guru yang sudah lama mendambakan sebuah nomor yang dianggapnya istimewa yaitu NIP. Sudah genap 22 tahun, ia mengabdikan dirinya menjadi guru honorer di swasta, dan sudah berkali-kali mengikuti seleksi CPNS, namun keberuntungan belum berpihak. Sudah banyak ada penerimaan CPNS, namun formasi guru Fisika atau guru IPA juga belum ada. Di tahun inilah, Bu Erna baru bisa diangkat menjadi ASN melalui jalur P3K.
Saya sebagai suaminya merasa sangat bahagia. Ada dua kebahagiaan yang saya rasakan. Pertama karena istri saya ini akhirnya diangkat menjadi ASN dan apa yang menjadi impian istri saya terwujud di tahun ini. Kebahagiaan kedua karena keberadaan istri saya di SMP Ibu Kartini ternyata ikut mewarnai perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Setidaknya, kehadirannya diterima oleh murid-murid. Meskipun terasa baru saja di SMP Ibu Kartini, surat cinta tersebut membuktikan bahwa ia diterima oleh anak. Ketika keberadaan seorang guru diterima secara tulus oleh murid, itulah kebahagiaan yang sejati. Surat cinta dari murid kepada bu Erna menunjukkan bahwa betapa pentingnya kehadiran guru bukan sekedar mengisi materi dengan segudang penilaian berupa angka-angka, namun justru kehadiran dengan hati yang selalu bisa mendengarkan murid-muridnya, menerima keluh kesah murid-muridnya, mampu memantik dengan tantangan. Guru bukanlah makhluk yang ingin dihormati, namun karena kedekatannya dengan anak menjadi sabahat merekalah sehingga layak untuk dihormati. Dari itu semua, guru perlu menciptakan ruang ketiga dimana budaya dialektika dengan prinsip kesetaraan yang hendaknya dibangun bersama murid-muridnya.