Rabu, 7 Februari 2024, saya bersyukur dan bahagia dapat menerapkan Social Emotional Learning dalam Pembelajaran Dasar-dasar Animasi menggunakan Model Belajar Siklus 5E. Pembelajaran ini sekaligus mendapatkan pantauan langsung dari Guru Pendamping CGP Angkatan 9, Mas Karyanto. Sebelum melaksanakan pembelajaran, saya dicouching oleh Mas Karyanto. Dalam sesi couching ini ada satu hal yang saya sampaikan terkait area yang perlu mendapatkan observasi dalam pembelajaran yang akan dilakukan yaitu menitikberatkan pada penerapan social emotional learning dalam model belajar siklus 5E. Ada beberapa alasan yang saya sampaikan kepada mas Karyanto saat itu, bahwa model belajar siklus 5E dari beberapa literatur yang saya baca lebih banyak digunakan untuk pembelajaran di bidang sain, namun kali ini saya akan mencoba menerapkannya dalam bidang seni animasi. Ada yang menarik dalam pembelajaran yang akan dilakukan untuk meyakinkan kepada Mas Karyanto adalah pembelajaran ini melalui 5 tahapan yaitu engagement, exploration, explaination, elaboration dan evaluation yang di dalamnya saya tambahkan konten film animasi pendek yang menginspirasi.
Usai wawancara pra observasi oleh Mas Karyanto, dilanjut dengan pelaksanaan pembelajaran. Kali ini murid kelas X Animasi 3 saya minta untuk menempati ruang inkubasi. Ada yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya, usai memberi salam dan menyampaikan kesepakatan kelas dengan menampilkan gambar icon untuk tidak makan dan minum di ruang inkubasi. Ada beberapa alasan logis perlu disampaikan kepada murid-murid di kelas ini, mengapa tidak diperbolehkan makan dan minum di ruang inkubasi karena ruangan ini ada beberapa komputer sehingga jika ada bekas makanan yang jatuh akan mengundang serangga datang yang bisa masuk ke komputer. Ketika minum di ruangan, beresiko menumpahi komputer. Berikutnya icon tentang menjadi pendengar yang baik saya sampaikan. Salah satu kemampuan komunikasi yang paling utama adalah kemampuan menjadi pendengar yang baik. “Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut, memberikan pesan bahwa seseorang diharapkan mampu menjadi pendengar yang baik”, ungkap saya memperjelas icon kesepakatan tersebut. Selanjutnya icon penggunaan HP untuk tidak digunakan main game. Hal ini saya sampaikan agar murid-murid mampu menggunakan HP secara bijak, untuk membuat karya terlebih dahulu sampai benar baru ketika sudah selesai silahkan jika mau diselingi dengan main game. Usai kesepakatan disampaikan murid-murid saya ajak untuk berdoa. Kali ini mereka saya ajak untuk melaksanakan kegiatan mindfullness. Mengapa kegiatan ini perlu dilakukan, agar para murid memiliki konsentrasi yang tinggi. Menyadari keberadaan dirinya sedang apa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Kehidupan yang berarti adalah kehidupan saat ini, karena kehidupan kemarin sudah menjadi sejarah, sedangkan kehidupan besok adalah misteri. Dua ribu lima ratus tahun yang lalu, proses mindfullness ini justru sebagai jalan untuk mencapai pencerahan. Siddharta Gautama mencapai penerangan sempurna di bawah pohon body melalui proses meditasi (mindfullness). Inspirasi inilah yang membuat saya mencoba mengajak murid-murid untuk melakukan mindfullness. Dalam kegiatan ini mereka saya ajak duduk dengan tenang dan paling nyaman. Saya mengajak murid untuk tenang dan memutar music relaxsasi. Peran musik ini sangat penting untuk mengantarkan pada ketenangan.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ad4rXM8AfDE)
“Anak-anakku marilah kita melakukan kegiatan mindfulness, agar pikiran kita tenang dan mudah untuk fokus. Tarik napas dalam-dalam, tahan, hembuskan perlahan-lahan (3x). Rilekskan seluruh tubuh kalian. Ambil napas dalam-dalam, tarik energi positif dari alam, sebarkan ke seluruh tubuh, keluarkan energi negatif kalian (3x). Rasakan ketenangan pikiran kalian. Hening-hening-hening dan ikuti pikiran kalian pada masuk dan keluarnya napas kalian. Lupakan semua beban pikiran, fokus pada masuk dan keluarnya napas. Lupakan sejenak ingatan-ingatan kalian, lupakan sejenak dan fokus pada masuk dan keluarnya napas”. Di saat kondisi tenang, saya memimpin doa. “Ya Tuhan, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pancarkanlah kasih sayangMu kepada kami, agar kami dapat memancarkan kasih sayangMu yang agung kepada kedua orang tua kami, kepada guru-guru kami, kepada saudara-saudara kami, kepada teman-teman kami bahkan kepada semua maklukMu yang ada di alam semesta ini. “Ya Tuhan, yang Maha Penerang. Pancarkanlah Cahaya terangMu, agar menyinari batin kami, agar kami dapat mengikuti Pelajaran dasar-dasar animai di hari ini, sehingga kami dapat menyerap ilmu yang bermanfaat untuk bekal kehidupan kami. Sinarilah batin kami, agar kami dapat melaksanakan pembelajaran ini sebaik-baiknya, sebagai bukti bakti kami kepada orang tua, Masyarakat, bangsa dan negara”. Alunan musik relaxsasi masih terus mendayu. Murid-murid masih tenang sampai beberapa saat. “Tarik napas dalam-dalam, tahan, hembuskan secara perlahan-lahan” (3x). Semoga semua makhluk berbahagia. Mindfullness selesai”, ungkap saya. Proses mindfullness ini ternyata diikuti oleh semua murid dan menambah ketenangan. Dalam pembelajaran sosial emosional, kegiatan mindfullness atau meditasi atau hening banyak disarankan dilakukan untuk mengawali kegiatan agar para murid lebih fokus dan menyadari dirinya sendiri. Ajaran ini dalam budaya Jawa sudah dikenal lama dan masih sering diingatkan dengan kata-kata “Sak beja-bejane wong, wong sing bejo iku sing tansah eling lan waspada”.
Masih di kegiatan pendahuluan, saya menanyakan kehadiran murid. Ada tiga murid yang saat ini tidak masuk kelas. Saya mendapatkan informasi bahwa ketiganya sedang sakit. “Semoga mereka cepat sembuh”, ungkap saya kepada mereka. Sebagai apersepsi apersepsi saya menanyakan kepada murid dengan pertanyaan pemantik: “Selain ceritanya apa yang membuat animasi nampak menarik?”. Senang ketika banyak murid yang menjawab pertanyaan saya ini. Ada yang menjawab tentang karakter dari cerita animasi yang menarik dan ada pula yang menjawab tentang gerakan animasinya. Dari jawaban beberapa murid ini saya menyampaikan bahwa gerakan animasi menjadi lebih menarik karena mengandung prinsip-prinsip animasi. Dari apersepsi inilah saya justru menyampaikan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu melalui pembelajaran siklus belajar 5E murid diharapkan mampu menganalisis prinsip-prinsip animasi yang dibutuhkan untuk membuat gerak objek digital dari karakter ataupun non karakter dengan tepat dan diarapkan mampu menerapkan prinsip animasi dalam pembuatan gerak objek digital baik character maupun non-character berdasarkan instruksi kerja. Selanjutnya saya juga memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran melalui engagement, exploration, explaination, elaboration dan evaluation. Saya juga menyampaikan manfaat mempelajari materi dan penilaian yang akan dilakukan yaitu agar murid-murid memiliki kesadaran diri untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip animasi dalam pembuatan gerak animasi.
Memasuki kegiatan ini, saya mengajak murid untuk masuk tahap engagement. Engagement merupakan tanggapan audiens terhadap pesan atau konten tertentu yang digunakan untuk stimulus kepada murid. Hasil yang baik ketika murid memberikan perhatian dalam bentuk respons yang baik. Komunikasi dua arah ini diharapkan akan membangun kedekatan saya dengan murid. Dalam tahapan ini saya memantik dengan video animasi yang memiliki makna yang dalam.
“Dari isi ceritanya, apa yang menarik dari film animasi tersebut? Hal baik apa yang dapat diambil dari film animasi tersebut? Perbuatan baik apa yang akan kalian lakukan setelah melihat film animasi tersebut? Secara teknis animasinya, apa yang membuat animasi tersebut menarik?. Silahkan jawaban kalian dikirim melalui padlet dengan link: “, tanya saya kepada murid-murid setelah melihat video tersebut. Pertanyaan pemantik ini tidak hanya pertanyaan untuk mengarah pada konten materi yang akan dipelajari, namun justru saya mencoba menerapkan pembelajaran sosial emosional. Film animasi tersebut dari aspek ceritanya menjadi menarik karena menceritakan tentang domba hitam yang dikucilkan namun justru menolong mereka yang mengucilkan. Hal baik yang dapat diambil dari film animasi tersebut menurut sebagian besar murid adalah tetap berbuat baik meskipun dikucilkan atau dimusuhi. Bahkan dari pertanyaan pemantik apa yang akan dilakukan setelah melihat film animasi tersebut memberikan kesadaran diri untuk menolong seseorang secara ikhlas. Secara teknis, film animasi tersebut menggunakan prinsip-prinsip animasi.
Memasuki tahap exploration saya memberikan link berupa bacaan sebagai sumber belajar melalui dan memberikan video tentang prinsip-prinsip animasi.
Pada tahap mayoritas murid tertarik untuk melihat contoh-contoh prinsip-prinsip animasi. Tahap exploration ini para murid diberi kesempatan untuk mengeksplorasi materi maupun video sebagai sumber belajarnya. Selanjutnya untuk mengetahui apakah materi dan hasil pengamatan video tersebut sudah dipahami oleh murid, saya memberikan kesempatan untuk melihat kembali film animasi kisah domba untuk dianalisis prinsip-prinsip animasi apa yang muncul dalam film tersebut.
Tahap selanjutnya saya meminta murid untuk menyampaikan hasil analisisnya. Dalam kegiatan ini ternyata masih belum bisa terlaksana dengan baik. Akhirnya saya mengambil strategi lain dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik dan ketika saya tunjuk ternyata murid bisa menjawabnya. Sebagian besar murid menyampaikan bahwa film tersebut lebih banyak menggunakan prinsip squash and streatch dan anticipation.
Tahap selanjutnya seharusnya adalah elaboration. Di dalam rencana, elaboration ini adalah praktik murid mengaplikasikan prinsip-prinsip animasi. Karena tahap ini membutuhkan waktu sampai pukul 15.30 WIB, maka tahap evaluation saya dahulukan. Evaluasi yang dimaksud adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan murid secara kognitif dalam menganalisis penggunaan prinsip-prinsip animasi. Saya memberikan evaluasi dengan pertanyaan: “Seorang animator akan membuat gerakan suatu karakter domba melompat-lompat kegirangan, karena saking asyiknya akhirnya ia jatuh dan menyangkut di batang. Coba analisis, 4 prinsip animasi apa saja yang muncul dan berikan alasannya? Jawaban dikirim melalui link: “, ungkap saya kepada murid-murid. Salah satu jawaban murid yaitu Fildzah menjawab pertanyaan tersebut: “Anticipation karena saat domba ingin melompat ia akan mengantisipasi gerakannya. Squatch and stretch karena saat sang domba melompat, tubuhnya pasti stretch dan diulang ulangi. Lalu kelenturan batang pohon saat domba menyangkut. Overlapping karena saat domba jatuh kemungkinan batang pohon masih bergerak-gerak. Staging karena lingkungan sekitar domba seperti pohon dan semacamnya sangat dibutuhkan”, jawab Fildzah. Jawaban Fildzah ini merupakan jawaban yang lengkap dan sudah menunjukkan tentang pemahaman Fildzah terhadap materi yang sudah dipelajari. Mayoritas murid ternyata sudah mampu memberikan penjelasan dengan baik.
Usai kegiatan evaluation ini justru dilanjutkan tahap elaboration. Dalam tahap ini, murid dapat memilih salah satu karakter dari domba putih atau domba hitam atau elang. Selanjutnya murid membuat gerakan animasi dari karakter yang dipilih untuk membuat gerakan animasi dengan menggunakan minimal 2 prinsip animasi. Karya dikirim di group whatsapp untuk mendapatkan respon. Jika sudah mendapatkan tanda jempol dapat dikirim ke IG dan bisa untuk presensi karya. Berikut hasil praktik murid-murid dalam menerapkan minimal 2 prinsip animasi dalam pembuatan gerakan karakter.
Sederhana yang saya lakukan untuk pembelajaran ini. Menerapkan Social Emotional Learning dalam Model Belajar Siklus 5E. Semoga menginspirasi.