Pagi ini, 31 Mei 2023 saya mendapatkan kabar dari Bu Afnita, salah satu guru di SMA N 2 Temanggung yang menyampaikan bahwa pagi ini Pak Djoko Pramono terakhir di sekolah karena per 1 Juni 2023 beliau purna tugas. Saya dan Bu Afnita sama-sama merasakan bagaimana Pak Djoko mengajar kala itu, 30 tahun berlalu, namun kenangan bersama Pak Djoko tidak pernah terlupakan. Guru yang sangat sederhana, bahkan saya pernah sempat berkunjung ke rumah beliau di Desa Jaranan, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung. Dari kesederhanaannya terpancar aura yang positif, dibalut dengan kepandaiannya dalam keilmuan di bidang Fisika dan matematika. Masih saya ingat ketika mengajar, tidak pernah bersifat tekstual. Pelajaran fisika yang beliau ampu selalu dapat disampaikan dengan begitu apik, selalu mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga kami benar-benar merasa terhanyut bahwa alam ini berhubungan dengan dunia fisika.
Kala itu, di tahun 1995 ketika mendapatkan tantangan dari beliau untuk menulis dari apa yang dipelajari tentang fisika, akhirnya saya pun mampu menuliskan tentang fotosintesis tumbuhan yang berkaitan dengan cahaya dan spektrum serta mengkaitkan dengan ilmu kimia. Sebuah pemikiran yang saya pandang luar biasa pada diri saya saat itu. Hasil pantikan beliau, saya pun tertantang untuk mengasosiasikan tiga mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk membahas topik tertentu yaitu tentang fotosintesis. Mungkin di era kurikulum merdeka saat ini, Pak Djoko sudah menerapkan di 30 tahun yang lalu. Bukti nyatanya, ketika mendapatkan tantangan tersebut, saya mampu mengkolaborasikan tiga mata pelajaran yaitu fisika, biologi dan kimia menjadi satu kesatuan.
Konsisten yang beliau ajarkan kepada kami kala itu. Konsisten menjadi karakter yang terus dipantik dan menjadi budaya yang diterapkan kepada kami. Bersyukur saya akhirnya mengikuti jejak beliau menjadi guru, berkat didikan konsitensi diri yang selalu diterapkan. Yang masih selalu saya ingat sampai sekarang, beliau tidak fokus pada nilai dan angka dalam memberikan evaluasi. Justru beliau yang mengajarkan tentang penerapan feedback dan selalu saya terapkan ketika menjadi guru. Di setiap pekerjaan, tantangan yang beliau berikan, maka feedback berupa catatan-catatan kecil selalu torehkan sehingga benar-benar saya rasakan sebagai pemantik untuk melakukan proses belajar yang lebih baik. Wow sekali, penerapan pembelajaran yang memberikan kemerdekaan kepada anak didik sudah beliau terapkan dan saya rasakan 30 tahun yang lalu.
Di tanggal 29 Maret 2023, saya pun mendapatkan kiriman sebuah foto dari teman guru di SMADA. “Idola pancen. Di saat usia sudah senja, meh pensiun, ngawas jih semangat nggarap soal, padahal ujiane matematika top markotop ncen”, ungkap Bu Afnita. Sebuah ungkapan yang menggambarkan realita yang sebenarnya dan menjadi karakter beliau yaitu penuh semangat. “Prayatna agni”, saya menyebutnya, karena semangatnya berkobar bagaikan api, yang terus menyalakan api pendidikan.
Pagi ini, beliau terakhir di SMADA dan mulai 1 Juni 2023, beliau purna tugas. Ya. Allah. Semoga selalu sehat. Proses mendidik, mengajar yang telah diabdikan kepada dunia pendidikan semoga menjadi berkah.Salam sehat Pak Djoko. My favorite teacher. Doa teriring untuk Pak Djoko. Meskipun jauh, beliau selalu dekat dan menjadi inspirasi saya ketika mendidik anak-anak bangsa ini. Vibrasi positif yang terpancar selalu saya rasakan. Terima kasih, guru kunang-kunangku. Memancarkan cahaya di saat gelap.