“Alhamdulillah Akmal dari magang ini bisa lumayan mengatasi masalah sosialisasinya pak Di. Hari pertama magang dia sudah kelihatan stres, lalu bilang sama adiknya, kayaknya aku gak bakal kuat magang 6 bulan karena di tempat magangnya harus ketemu dengan banyak orang-orang baru.
Tapi alhamdulillah sekarang dia bisa mengatasi ketakutannya sosialisasi dengan orang-orang baru. Mungkin untuk tahap sekarang ini mengatasi masalah sosialisasi lebih utama untuk Akmal, semoga untuk skill animasinya pelan-pelan bisa mengikuti”, ungkap orang tua Akmal melalui Whatsapp.
Bahagia bercampur haru mendengar laporan orang tua Akmal. Memang sejak masuk di kelas X, permasalahan yang paling urgent yang dihadapi sebagian besar anak didik berkaitan dengan komunikasi. Berdasarkan data yang saya lakukan melalui kuesioner saat itu, hanya 20% anak didik di kelas X Animasi yang percaya diri ketika berkomunikasi dengan orang lain. Sudah banyak dilakukan kegiatan morning sharring, namun belum begitu banyak perubahan yang terjadi. Sudah sering anak didik dilatih presentasi, namun hasilnya belum begitu optimal. Saya berpikir, apa karena proses yang dilakukan di sekolah belum se natural mungkin, atau belum secara riil proses komunikasinya untuk memecahkan permasalahan nyata? Ini menjadi pertanyaan besar yang selalu melintas di benak pikiran saya.
Kasus yang terjadi pada Akmal, membuka cakrawala baru di benak pikiran saya. Ketika Akmal pada semester 2 di kelas X diberangkatkan magang ternyata berdampak luar biasa pada kemampuan berkomunikasi, apalagi ia magang di bidang marketing. Ketika di dunia persekolahan, komunikasi yang terjadi belum sepenuhnya berhubungan dengan dunia luar yang lebih riil, wajar dampaknya kurang berarti. Dari kasus inilah, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa project riil, project industri, project sosial, magang dan sebagainya yang benar-benar melibatkan anak didik terjun langsung di masyarakat berdampak positif terhadap perkembangan komunikasi. Itulah, pentingnya project riil. Kalau dunia persekolahan hanya berkutat di kelas yang dibatasi oleh empat dinding, anak tidak akan mendapatkan pengalaman yang meningkatkan softskill. Masihkah kita akan berkutat dengan tugas-tugas di sekolah yang belum tentu bermakna dan justru mungkin menambah beban anak. Sudah saatnya kita mengajar dengan merdeka dan memerdekakan anak. Salam GSM, berubah, berbagi, kolaborasi.