Belajar itu seperti bermain game. Mengapa anak-anak bahkan sampai orang dewasa menyukai game? Ya, karena game merupakan permainan yang menantang. Mengapa menantang? Karena dalam permainan tersebut ada level-level yang selalu meningkat yang harus dilaluinya. Ketika pemain game mampu menyelesaikan pada level tertentu, maka ia akan mencapai kepuasan dan menjadi penasaran seperti apa level berikutnya. Untuk naik level diperlukan pengalaman yang berulang-ulang. Dari pengalaman yang berulang-ulang inilah, pemain game akan menemukan celah-celah sehingga mampu mengatasi tantangan dan akhirnya bisa naik level. Apakah di dunia pendidikan bisa seperti bermain game? Secara logika seharusnya perlu menerapkan prinsip bermain game, karena dengan prinsip tersebut murid akan haus terhadap tantangan-tantangan yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki hingga mencapai puncak sesuai versi terbaiknya.
Dari analogi bermain game inilah, saya bersama mas Taufiq berusaha untuk memberikan tantangan-tantangan yang terus meningkat. Secara klasikal di kelas, murid-murid menyelesaikan tantangan wajib dan tantangan bebas. Tantangan wajib di kelas X semester 2 pada tahun 2024 ini, murid menyelesaikan gerakan-gerakan animasi dan berakhir dengan pembuatan project film animasi secara kelompok, sedangkan tantangan bebas diberikan kepada murid-murid agar dapat mengembangkan passion dan bakatnya masing-masing. Proses pembelajaran secara klasikal ini apabila murid mampu menyelesaikan dengan baik, maka mereka berada di level 1.
Bagaimana dengan level berikutnya? Saya memberikan tantangan kepada murid-murid yang akan masuk pada level 2 dengan memberikan tantangan project berskala internasional dan membuat konten youtube.
Seperti yang dilakukan oleh Gwen, Nadalena dan Cahya saat ini sedang mengikuti project industri berupa pembuatan gambar-gambar pesanan dari luar negeri melalui akun fiver, sedangkan Ara, Hana dan Mutiara saat ini mendapatkan project pembuatan film untuk mengisi konten di youtube. Anggota kelas project industri ini tidak hanya kelas X, ada beberapa kelas XI yang direkrut seperti Andyanti, Callista dan Rani. Mereka saat ini sedang membuat project pembuatan gif dan ilustrasi pesanan dari orang Amerika.
Nadalena, salah satu murid kelas X Animasi 2, berbekal laptop dan pentabletnya mendapatkan kesempatan membuat asset digital berupa gambar ilustrasi. Menurut penuturan Pak Taufiq, asset digital tersebut dibuat ketika sedang tidak mendapatkan pesanan dari klien. Asset digital tersebut digunakan untuk mengisi portofolio yang akan digunakan di fiver maupun mengisi karya di addobe stock maupun sutterstock.
Andyanti dan Callista yang sudah mengikuti magang di Animars Yogyarkata juga ikut membuat project pesanan klien dari Amerika semata-mata untuk menjaga konsistensi dalam berkarya. Mereka menerapkan ilmu yang diperoleh dari tempat magang untuk terus berlatih dan endingnya mendapatkan cuan.
Divisi lainnya oleh Ara dan kawan-kawan mendapatkan project untuk pembuatan film animasi yang akan diposting di youtube secara terjadwal dan teratur. Dari proses inilah, mereka akan belajar bagaimana mengatur waktu dan memenuhi deadline.
Di minggu ini, usai saya memberikan script film animasi dengan judul “Haidar yang Cerdik”, oleh Ara langsung dibuat storyboardnya. Dalam waktu satu hari, storyboard langsung bisa diselesaikan dan langsung dibagi setiap cutnya kepada Ara, Hanna dan Mutiara. Film animasi yang mengisahkan tentang petualangan Haidar, mulai hari ini, 14 Mei 2024 sedang dikerjakan oleh mereka dengan harapan tanggal 16 Mei 2024 akan dapat ditayangkan di youtube. Inilah yang kami lakukan, agar murid belajar naik level.