Apa Kata Mereka, Yuk Kita Dengarkan!

54,322,434 Ilustrasi Stok Mendengarkan | Depositphotos

Awalnya saya deg-degan dengan apa yang saya lakukan yakni memberikan challenge berupa one day one project. Mengapa? Karena anak-anak ini belum masuk sekolah, bahkan mereka akan mengikuti MPLS saja masih tanggal 14 Juli 2025.  Dalam hati saya merasakan ada pro dan kontra. Apa kegiatan yang saya lakukan ini akan merampas hak-hak mereka? Jangan-jangan orang tua tidak mendukung.  Saya tekadkan dengan energi yang penuh, saya berikan waktu saat malam untuk menemani anak-anak melalui ruang group whatsapp di sela-sela saya sibuk mengikuti kegiatan upskilling di BBPPMPV Seni Budaya Yogyakarta. Energi saya semakin bertambah tatkala anak-anak siswa baru ini antusias mengerjakan challenge yang saya berikut. Selama tiga hari ini saya memberikan sebuah tantangan yang membangun budaya untuk konsisten. Itu saja harapan saya. Tidak muluk-muluk, karena dengan konsisten mereka akan meningkatkan skillnya.  Pada hari pertama setelah saya berkenalan, saya memberikan tantangan untuk membuat gambar kartun yang digunakan untuk mengganti foto profil  whatsappnya. Hal ini bertujuan untuk membangun branding diri. Rasa bangga harus ditanamkan sejak dini, siapa yang akan menghargai karya kita, kalau diri kita sendiri saja tidak berani menghargainya. Salah satu cara yang paling sederhana adalah memasang foto profil whatsapp dengan hasil gambarnya.  Kegiatan hari pertama berjalan lancar, hampir semua murid mengganti foto profilnya dengan gambar yang sudah dibuatnya. Bervariasi, ada yang membuat secara manual menggunakan pensil, ada yang secara digital. Biarlah mereka berkreasi dan dari situlah saya dapat melihat potensi yang ada. Saya sudah mencatat nama-nama murid baru yang memiliki potensi di bidang gambar desain secara digital, ada yang belajar tentang arsiran dan sebagainya.

Hari kedua, saya memberikan challenge membuat animasi gerakan bola besi jatuh. Alat yang digunakan disesuaikan dengan sumber daya yang ada. Ada yang menggunakan laptop, ada yang menggunakan HP. Rata-rata mereka membuat menggunakan HP dengan aplikasi yang bervariasi. Bagi saya, alat hanyalah piranti, namun kepekaan rasa bagaimana membuat gerakan supaya gambar bola tersebut nampak sebagai besi yang berat dan ketika jatuh menunjukkan benda yang memiliki massa yang besar.  Challenge kedua berjalan dengan baik, antusias murid semakin tinggi.

Hari  ketiga saya memberikan challenge membuat animasi bola pimpong jatuh. Challenge ini merupakan tantangan yang diharapkan mampu membedakan gerak dari sebuah benda dengan massa yang berbeda, bahan yang berbeda. Lagi-lagi energi saya semakin bertambah, karena ada rasa puas dengan motivasi mereka. Mayoritas membuat dan mengirim karyanya. Ada yang melakukan revisi lebih dari 2 kali, revisi lebih dari 3 kali, namun mereka antusias untuk membuatnya.

Di era saat ini, budaya refleksi jangan sampai ditinggalkan. Dari refleksi inilah kita akan tahu bagaimana respon murid. Saya jadi ingat apa yang disampaikan oleh mbak Ela dan Aulia dalam diskusi bersama di Gerakan Sekolah Menyenangkan, “Bukan masalah benar dan salah, namun seberapa besar kita bisa menjadi pendengar”. Sebuah kata-kata yang menohok, sudahkah kita sebagai guru, sebagai orang tua menjadi pendengar yang baik buat anak-anak kita.

Hari ini, Minggu, 29 Juni 2025, saya memberikan sebuah wadah bagi murid untuk melakukan refleksi diri. “Terima kasih untuk kalian yang sudah konsisten melaksanakan one day one project. Bagaimana perkembangan kalian dalam waktu 3 hari ini? Apa yang kalian rasakan? Hal baik apa yang kalian peroleh. Silahkan ditulis di group ini!”, tulis saya di ruang group whatsapp. “Ini bagian dari budaya kita, yaitu latihan merefleksikan dengan cara menulis”, ungkap saya selanjutnya.

Tidak menunggu lama, sudah muncul tulisan-tulisan yang unik-unik. Satu per satu saya baca dan saya respon dengan tanda jempol. Inilah cara saya memberikan ruang refleksi bagi murid-murid, sebagai bentuk cara mendengarkan suara murid. Yuk kita lihat satu demi satu suara mereka.

“Perkembangan saya adalah cara mebuat bola kecil biasa sampai memantul awal nya saya juga tidak bisa memakai aplikasi manggambar dan video saya coba coba alhamdulilah nya sudah bisa walau sedikit sedikit hal baik yang saya dapat cara menjelas kan dari bapak dan dari situ saya sekarang sedikit bisa mengunakan aplikasi menggambar dan membuat video”, tulis Maulana Ilham. “Perkembangan saya soal cara menggambarnya, walaupun animasi saya masih kaku besok saya akan belajar lebih giat lagi”, ungkap Muhammad Iqbal. “Jujur saja saya merasakan hal yang lebih baru di kemampuan saya, saya merasa ada potensi yang bisa di buka jika saya lebih konsisten, saya merasakan dampak positif dari kemampuan baru ini”, ungkap Naufal.

“Saya merasa lebih memahami cara pembuatan animasi dan memotivasi saya untuk terus belajar, dengan melihat hasil dari teman” yg luar biasa mau itu hasil animasinya ataupun gambarnya semua itu membuat saya ingin terus belajar dan berusaha untuk lebih baik, jadi saya merasa bahwa melakukan one day one challenge ini bisa membuat kemampuan saya semakin diasah dan terus berkembang walaupun saya masih belajar”, tulis Dalilah.  “Dari one day one project ini, saya bisa belajar banyak cara membuat animasi, karya seni dari digital, bagi saya hal ini sangat berkesan untuk saya, saya selalu merasa bangga atas semua pencapaian saya saat di fase ini. Saya harap saya bisa mengenal ilmu animasi lebih dalam lagi agar bisa lebih lihai menggunakan aplikasi digital lainnya”, ungkap  Syafira.

Allya Julianingrum mengungkapkan bahwa  “Saya dapat mempelajari cara membuat animasi mulai dari bola besi yang jatuh dan juga bola pingpong yang jatuh lalu memantul dan juga mempelajari cara gimana sih agar bolanya saat jatuh terlihat berat dan juga memantul”. Mohammad Jordan  menyampaikan, “Perkembangan saya adalah, saya menjadi lebih tertarik lagi dengan animasi dan digital, dan yang saya rasakan itu senang karena mendapat lebih banyak pemahaman seputar digital”. Muhammad Bayu Syaputra menyampaikan, “Yang awalnya bingung dan gak tahu apa-apa tentang cara pembuatan animasi, aplikasi, dan logika yang dipakai. Menjadi bertambah pengetahuan tentang semua itu. Meski beberapa karya ada yang unik-unik tetapi Pak Di tidak membanding bandingkan karya satu sama lain. Dan juga ini dapat menjadi landasan persiapan sebelum menghadapi pekerjaan animasi yang lebih serius kedepannya, yang awalnya hanya sebuah bola jatuh mungkin besok di masa depan akan menjadi sesuatu yang lebih besar dari ini. Dari yang kecil lama kelamaan menjadi dampak besar kedepannya, yaa karena projek one day one challenge ini menjadikan beberapa dari kita disiplin dari awal untuk persiapan yang lebih besar esok”.

Syahlaa Ayu Sausan menyampaikan refleksinya, “Saya bisa merasakan membuat bola jatuh dari challenge kemarin, sejauh yang saya tempuh ini yang paling seru, bisa memahami berbagai macam arsiran, kecepatan, kepadatan, juga feedback yang baik dari pak di, saya juga berterimakasih atas challenge yang bapak ajarkan pada saya itu membuat saya bersemangat untuk terus berkarya”.
Nur Laila Maulida, menyampaikan, “Awalnya saya yang tidak bisa untuk menggambar dan membuat animasi bergerak seperti itu menjadi tahu dan mulai bisa dan suka dalam 3 hari ini. saya jadi merasakan ada hal baru di diri saya dan saya sangat senang”.  Alfi Aisyah Wianputri Kesdu menyampaikan, “Perkembangan saya dalam mengikuti one day one challenge menjadikan diri saya lebih berkembang dari sebelumnya. Dengan mengikuti challenge ini saya merasa saya mulai dapat memahami dan mengetahui lebih banyak tentang seni terutama seni digital”. Rafa Anggara Hendiansyah, menyampaikan, “Perkembangan yang saya rasakan dalam mengikuti one day one challenge adalah bahwa saya semakin tertarik untuk mempelajari dunia digital art dan dunia animasi”.
Samuel Patricio Girsang, mengungkapkan,  “Dari project ini kemampuan saya berkembang dari awal yang hanya bisa menggambar satu obyek di satu layer yang membutuhkan waktu yang cukup lama, dalam 3 hari ini saya belajar menggambar objek berkali-kali dan membuat objek itu bergerak walaupun hasilnya tidak mulus tetapi saya mendapatkan pelajaran untuk konsisten dalam berkarya. Tiga hari ini saya juga belajar prinsip dua  lingkaran dan pose supaya gambar terlihat elegan dan rapi, belajar pewarnaan, animasi motion dan belajar mendeskripsikan atau menceritakan gambar apa yang saya buat sehingga di gambar tersebut memiliki maknanya”.
Khuzama Nada Faizah mengungkapkan,  Awalnya saya tidak yakin bisa menggambar bahkan membuat animasi bergerak seperti itu, tapi setelah saya coba dan saya kumpulkan niat saya, saya jadi sedikit demi sedikit mengenal dan memahaminya. I really enjoyed this process and it made me know new things that I also didn’t even know and recognize. now I will explore everything and want to master it”.
Shann Raja Sainiko, menyampaikan, “Selama konsisten dengan melakukan ini dalam 3 hari sudah sangat berkembang apalagi jika dilanjutkan terus menerus dengann konsisten. Terimakasih pak Di.  Muhammad Iqbal Maulana Ihsas, menyampaikan,  Di one day one project ini melatih saya untuk konsisten bergambar dan membuat animasi yang membuat sepertinya semakin hari gambar saya semakin membaik”. Firman Syarif Hidayat, menyampaikan: “Selama 3 hari ini, saya mengikuti one day one challenge. Saya merasa senang karena bisa belajar animasi, yang awalnya sama sekali belum saya pahami. Sekarang, meskipun masih tahap awal, saya mulai mengerti dasar-dasarnya. Hal baik yang saya peroleh adalah bertambahnya pemahaman dan semangat saya sebagai pemula untuk terus belajar animasi”.
Velodya Sachita Selza menyampaikan: “Progress saya yang awalnya berantakan dan sekarang saya mulai memahami dasar-dasarnya. Saya merasa termotivasi dalam dunia animasi karna video/gambar teman-teman, saya menjadi lebih semangat untuk menjalani “One day one challenge”. Setiap hari saya ingin menantang diri sendiri untuk mencoba hal baru, memahami kesalahan saya sebelumnya, lalu pelan-pelan mencoba perbaikinya. Dari project ini saya menjadi faham kalau animasi ada hubungannya dengan logika. Tidak hanya gambar bergerak, tetapi menyusun alur gerak, memperbaiki ketika animasi tidak berjalan sesuai harapan”. Elfinsi Septia Widiani menyampaikan,  “Saya merasa senang karena mendapatkan pengalaman baru, yang awalnya saya tidak bisa sama sekali untuk membuat karya animasi sehingga saya harus terus berusaha agar bisa membuat karya animasi, dan saya merasa bangga karena mendapatkan hasil yang maksimal dari usaha yang saya pelajari dalam waktu 3 hari ini”. Ahmad Edi Sanjaya, menyampaikan: “Saya merasa senang karena mendapatkan pengalaman baru yang awalnya ga bisa dan gak tahu kalau bisa buat animasi di HP setahu saya di komputer saja. Saya akan tetep konsisten, terima kasih pak Di”.
Nadyalista Fahima, menyampaikan: “Awal saya mencoba membuat animasi saya merasa bingung dalam proses pembuatan nya, namun itu saya alami beberapa bulan lalu. Semenjak melihat Chanel YouTube yang membahas tentang beberapa tips menggambar dan membuat animasi saya sudah paham bagaimana animasi bekerja. Dan semenjak adanya one day one challenge ini kemampuan membuat animasi saya sudah berkembang”. Amira fauziyyah labibah menyampaikan: “Saya merasa keahlian menggambar saya lebih baik, dan meningkat, awalnya saya tidak bisa membuat animasi, animasi seperti itu, keahlian menggambar saya juga tidak begitu mahir, dulu juga saya tidak bisa begitu bangga dengan karya karya yang saya buat, namun sekarang saya bisa bangga sedikit demi sedikit”.

Rendy Satya Pradana Putra menyampaikan, “Saya jujur masih kesusahan pak dengan tantangan dihari pertama, karena saya tidak mempunyai basic dalam menggambar digital, jadi alhasil saya belum membuat gambar digital dari diri saya sendiri,  tetapi di tantangan yang kedua dan ketiga, saya cukup mampu untuk membuat animasi dari bola memantul dengan bermodalkan tutorial di youtube (menggunakan aplikasi flipaclip), dan sekarang saya sedang mencoba membuat animasi dari karakter yang melompat, tetapi saya masih kesusahan untuk menggambarkan gerakan per-frame dari karakter tersebut (saya mencoba dengan karakter stickman), dan saya menunggu pelatihan dan bimbingan dari Pak Di kedepannya untuk menutup kekurangan kekurangan saya tersebut”. Fauzahanna Shafa Setyo menyampaikan, “Setelah menjalani one day one challenge . Saya merasa ada hal baru yang saya ketahui, awalnya saya belum terbiasa akan hal mengatur segala posisi, dan membenahi kesalahan yg berulang, tetapi dengan munculnya challenge ini membentuk ambisi saya untuk berusaha bangkit walaupun tertatih tatih. Saya merasa senang sekaligus bangga dengan diri saya yg sudah berani mencoba, dan saya yakin kemampuan ini akan saya kembangkan sampai saya bisa mengendalikannya”.

Setelah mendengar apa yang disampaikan murid-murid, energi saya semakin bertambah untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Semoga dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua menjadi support yang berarti bagi putra-putrinya. Sudahkah, bapak ibu menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak kita? Jangan-jangan kita yang ingin didengarkan saja oleh anak-anak kita. Yuk, bersama-sama, dengarkan mereka.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *