Hari ini, 13 Februari 2023, saya bersama tim kesiswaan, Pak Ranto, Pak Hery, Pak Fahmi, Pak Istoro dan Bu Damma bertemu dengan para siswa yang tergabung dalam organisasi siswa yakni OSIS, Paskibra, Pasus, PMR dan Bantara yang ada di SMK Negeri 11 Semarang. Diawali dengan baris terlebih dahulu di lapangan basket. Ketika kepala sekolah akan menyampaikan motivasinya, tiba-tiba diajak untuk pindah di ruang mini teater dengan harapan suasana komunikasinya lebih hangat dan tidak terkesan kaku.
Kepala Sekolah, Pak Luluk Wibowo dalam motivasinya mengajak semua organisasi siswa di sekolah bisa bersatu. Salah satu hal contoh yang paling sederhana, ketika upacara berlangsung, setiap komponen organisasi siswa yang ada hendaknya bersatu, melaksanakan perannya masing-masing, tidak berdiri sendiri-sendiri. “Kalian adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, kerja kalian saling mendukung satu sama lainnya”, ungkap Pak Luluk di hadapan mereka.
Di tengah perubahan serba cepat ini, regulasi yang berubah secara cepat harus mampu menyikapi dengan baik. Sekolah tidak membekukan kegiatan organisasi sekolah, namun menyangkut kegiatan yang memerlukan anggaran dari BOS harus dipertimbangkan secara matang, mana yang menjadi prioritas utama. Kepala sekolah mengapresiasi kegiatan penggalangan dana dari proses wirausaha yang dilakukan oleh Pasugama, organisasi paskibra SMK N 11 Semarang yang melibatkan 25 siswa untuk berjualan makanan baik secara langsung maupun online, melakukan promosi dan lain-lainnya sehingga memperoleh dana sebesar lima juta rupiah, yang digunakan untuk mengadakan kegiatan ulang tahun Pasugama yang ke 17. Ini bentuk prototipe organisasi siswa yang mampu bertahan, survive menjalankan kegiatan di tengah minimnya dana dari sekolah. Ada yang dapat diambil pengalaman yang berharga dari proses wirausaha ini ke depannya dari mereka berorganisasi. Karena bagaimanapun juga, roh dari SMK adalah kebekerjaan dan kewirausahaan. Dalam forum tersebut, kepala sekolah mendorong organisasi siswa lainnya untuk membentuk unit wirausaha di masing-masing organisasi. Usai kepala sekolah menyampaikan motivasinya, dilanjutkan dengan sharring bersama yang dipimpin langsung Pak Ranto. Dengan gaya bahasa yang lebih membumi ke anak-anak, pembina osis tersebut mampu mengajak masing-masing organisasi mengemukakan apa yang menjadi keluhan selama ini. Keran saluran berpendapat mereka dibuka lebar-lebar. Dari proses sharring ini dapat diambil kesimpulan bahwa selama ini mereka berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing organisasi tidak tahu menahu tentang kegiatan yang dilakukan, bahkan rasa keakuannya sangat tinggi, seakan-akan mereka bersaing satu sama lain. Inilah yang perlu diluruskan bersama-sama. Dari kegiatan sharring ini sekarang terbentuklah group whatsapp yang isinya perwakilan dari masing-masing organisasi, dengan harapan setiap ada kegiatan mereka dapat berkoordinasi. Misalnya pada saat kegiatan donor darah, sebagai tuan rumahnya adalah PMR, maka untuk ke depannya, masing-masing organisasi siswa dari OSIS, Paskibra, Pasus dan Bantara mewakilkan salah satu anggotanya untuk membantu kegiatan tersebut. Begitu sebaliknya ketika kegiatan di Paskibra sedang mengadakan kegiatan, maka perwakilan lainnya dapat bersatu padu membantunya. Dari hal kecil ini, maka budaya kolaborasi akan terbentuk. Jangan sampai kita yang memiliki berjuta-juta sel otak kalah kecerdasan kolegialnya dengan semut yang sel otaknya jauh lebih sedikit.
Kecerdasan kolegial ini yang harus ditumbuhkembangkan di organisasi siswa di sekolah. Sederhana, namun diperlukan energi yang besar untuk mengubah budaya persaingan yang selama ini terjadi. Kita pasti bisa.